kata-kata bijak Syech Abdul Qodir Jaelani
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami
berkata, "Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang
biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan,
bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin
bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan
sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-
siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja
meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya
dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja
memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta
memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhinakan
dan sengsara, akibat ketakaburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur,
api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja
dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu,
dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai
kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan
dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan semua
ini kepada orang itu sebagai karunia cuma-cuma. Kemudian ia menjadi
teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang,
kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak
pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia
tak tahu akan hal-hal gaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan
kedekatan dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan
kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan, dan akan
dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan
sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi
orang ini karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan,
minuman, busana, istri yang halal, hal-hal lain yang halal dan
pemerhati terhadap hukum dan tindak pengabdian. Lalu, Allah
memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-
Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai
sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya
bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu
musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, istri, anak, dan mencabut
darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum
ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal
yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat
hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk
menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia
memohon janji baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji,
ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa
menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud
kembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada
sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu,
maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan
lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali
kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai
pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah
yang dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud
serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu
menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga
sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai
ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya:
"Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum."
(QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan
samudra kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang
hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-
pintu nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi
kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-
rahmat lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan
karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga
ia menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak
pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah
tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tahu yang disembunyikan bagi mereka, yang akan
mengenakkan mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat."(QS
32:17)
KATA-KATA BIJAK SYEIKH ABDUL QADIR JAELANI QS.
• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyekutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.
• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
• Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?
• Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa Allah swt ) di dunia.
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?
• Empat hal berikut menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
• Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.
• Berpuasalah! Tetapi ketika berbuka jangan lupakan faqir miskin. Berilah mereka sedikit makanan yang kau gunakan untuk berbuka. Jangan makan sendiri, sebab orang yang makan sendiri dan tidak memberi makan orang lain, dikhawatirkan kelak akan menjadi miskin dan hidup susah.
Perut kalian kenyang, tetangga kalian kelaparan, tetapi kalian mengaku sebagai Mukmin. Iman kalian tidaklah sah, jika kalian memiliki banyak makanan sisa, keluarga kalian telah makan, tetapi kalian tolak seorang peminta yang berdiri di depan pintu kalian, sehingga ia pergi dengan tangan hampa.
Jika ini kalian lakukan, ketahuilah, tak lama lagi kalian akan mengetahui berita kalian, kalian akan menjadi sepertinya, kalian akan diusir sebagaimana kalian mengusir peminta itu ketika kalian mampu memberinya.
Sungguh celaka dirimu, mengapa engkau tidak segera bangun dan memberikan sesuatu yang kau miliki dengan tanganmu sendiri. Andaikata kalian mau bangun dan memberinya sesuatu, maka kalian telah melakukan dua kebaikan, yaitu merendahkan diri kepada sang peminta dan berderma kepadanya. Lihatlah Nabi kita Muhammad saw, beliau berderma kepada peminta, memerah susu onta dan menjahit pakaian beliau dengan kedua tangan beliau sendiri. Bagaimana kalian berani mengaku sebagai pengikut beliau saw, perbuatan beliau saw. Kalian hanya pandai mengaku, tetapi tidak memiliki bukti….!
• Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu :
"Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku"
jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh ( tidak tahu ), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk."
berkata, "Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang
biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan,
bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin
bahwa hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan
sebelumnya. Ia terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-
siaan. Maka, datanglah perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja
meminta penjelasan atas kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya
dan pelanggarannya atas perintah dan larangannya. Lalu sang raja
memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit dan gelap serta
memperlama pemenjaraannya, dan orang itu terus menderita, terhinakan
dan sengsara, akibat ketakaburan dan kesia-siaannya, dirinya hancur,
api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja
dan diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu,
dan memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai
kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan
dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia menganugerahkan semua
ini kepada orang itu sebagai karunia cuma-cuma. Kemudian ia menjadi
teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang,
kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak
pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia
tak tahu akan hal-hal gaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan
kedekatan dengan-Nya, akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan
kasih-sayang, akan diterimanya doa dan kebajikan, dan akan
dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan
sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi
orang ini karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, yang berupa makanan,
minuman, busana, istri yang halal, hal-hal lain yang halal dan
pemerhati terhadap hukum dan tindak pengabdian. Lalu, Allah
memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-
Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan kepada-Nya sampai
sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya dan percaya
bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya pintu-pintu
musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, istri, anak, dan mencabut
darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelum
ini, sehingga ia terkulai, hancur dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal
yang buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat
hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk
menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia
memohon janji baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji,
ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa
menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud
kembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada
sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu,
maka ia segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan
lidah-lidah mereka menyerang kehormatannya.
Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali
kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai
pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah
yang dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud
serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu
menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga
sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai
ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya:
"Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum."
(QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan
samudra kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang
hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-
pintu nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi
kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-
rahmat lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan
karunia-Nya, dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga
ia menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak
pernah melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah
tersirat dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:
"Tiada jiwa yang tahu yang disembunyikan bagi mereka, yang akan
mengenakkan mata mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat."(QS
32:17)
KATA-KATA BIJAK SYEIKH ABDUL QADIR JAELANI QS.
• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyekutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.
• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
• Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?
• Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa Allah swt ) di dunia.
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?
• Empat hal berikut menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.
• Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.
• Berpuasalah! Tetapi ketika berbuka jangan lupakan faqir miskin. Berilah mereka sedikit makanan yang kau gunakan untuk berbuka. Jangan makan sendiri, sebab orang yang makan sendiri dan tidak memberi makan orang lain, dikhawatirkan kelak akan menjadi miskin dan hidup susah.
Perut kalian kenyang, tetangga kalian kelaparan, tetapi kalian mengaku sebagai Mukmin. Iman kalian tidaklah sah, jika kalian memiliki banyak makanan sisa, keluarga kalian telah makan, tetapi kalian tolak seorang peminta yang berdiri di depan pintu kalian, sehingga ia pergi dengan tangan hampa.
Jika ini kalian lakukan, ketahuilah, tak lama lagi kalian akan mengetahui berita kalian, kalian akan menjadi sepertinya, kalian akan diusir sebagaimana kalian mengusir peminta itu ketika kalian mampu memberinya.
Sungguh celaka dirimu, mengapa engkau tidak segera bangun dan memberikan sesuatu yang kau miliki dengan tanganmu sendiri. Andaikata kalian mau bangun dan memberinya sesuatu, maka kalian telah melakukan dua kebaikan, yaitu merendahkan diri kepada sang peminta dan berderma kepadanya. Lihatlah Nabi kita Muhammad saw, beliau berderma kepada peminta, memerah susu onta dan menjahit pakaian beliau dengan kedua tangan beliau sendiri. Bagaimana kalian berani mengaku sebagai pengikut beliau saw, perbuatan beliau saw. Kalian hanya pandai mengaku, tetapi tidak memiliki bukti….!
• Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu :
"Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku"
jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh ( tidak tahu ), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk."
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home