Nasihat Ibrahim bin Adham
Ibrahim ibn Adham (إبراهيم بن أدهم; c. 718 – c. 782 / AH c. 100– c. 165[1]) is one of the most prominent of the early ascetic Sufi saints.
The story of his conversion is one of the most celebrated in Sufi legend, as that of a prince renouncing his throne and choosing asceticism closely echoing the legend of Gautama Buddha.[2] Sufi tradition ascribes to Ibrahim countless acts of righteousness, and his humble lifestyle, which contrasted sharply with his early life as the king of Balkh (itself an earlier center of Buddhism). As recounted by Abu Nu'aym, Ibrahim emphasized the importance of stillness and meditation for asceticism. Rumi extensively described the legend of Ibrahim in his Masnavi. The most famous of Ibrahim's students is Shaqiq al-Balkhi (d. 810)
Ibrahim bin Adham, seorang ulama yang zuhud dan wara’, ditanya tentang firman Allah ta’ala yang artinya, “Berdoa’alah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan do’a kalian.” (QS. Ghafir: 60). Mereka mengatakan, “kami telah berdoa kepada-Nya namun belum juga dikabulkan”. Lalu beliau menjawab, “Karena hatimu telah mati dengan sebab sepuluh perkara… 1.Kamu telah mengenal Allah tetapi kamu tidak menunaikan hak-hak-Nya. 2.Kamu telah membaca kitab Allah tetapi kamu tidak mengamalkannya. 3.Kamu mengatakan bermusuhan dengan syaitan, tetapi kenyataannya kamu setia dengannya. 4.Kamu mengaku cinta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tetapi kamu meninggalkan sunnah-sunnah-Nya. 5.Kamu mengaku cinta surga, namun kamu tidak melakukan amalan-amalan ahli surga. 6.Kamu mengaku takut neraka, tetapi kamu tidak mau meninggalkan perbuatan dosa. 7.Kamu mengatakan bahwa kematian itu adalah benar adanya, tetapi kamu tidak bersiap-siap untuk kematian itu. 8.Kamu sibuk mencari aib orang lain sedang aibmu sendiri tidak kamu perhatikan. 9.Kamu telah makan dari rizki-Nya namun kamu tidak pernah bersyukur kepada-Nya. 10.Kamu sering mengubur orang mati, tetapi kamu tidak pernah mengambil pelajaran darinya.
Ada seorang yang datang kepada Ibrahim bin Adham rahimahullah lalu berkata kepadanya, “Wahai Abu Ishak! Sesungguhnya aku telah berbuat zhalim kepada diriku, maka tunjukkanlah kepadaku sesuatu yang dapat menahan dan menyelamatkanku”. Lalu Ibrahim berkata, “Jika Anda menerima lima hal dan mampu untuk melakukannya, maka tidak apa-apa Anda berbuat maksiat.” Ia berkata,”Tunjukkanlah, wahai Abu Ishak!” Beliau menjawab,”Yang pertama, jika Anda ingin berbuat maksiat kepada Allah, maka jangalah makan (dari) rizki-Nya.” Ia berkata,”Darimana aku makan? Sementara semua yang ada di bumi adalah rizki-Nya?.”
Ibrahim berkata, “Wahai fulan, pantaskah Anda memakan rizki-Nya sedang Anda berbuat maksiat kepada-Nya?.” Ia menjawab, “Tidak (pantas), lalu tunjukkanlah yang kedua.” Ibrahim berkata, “Jika Anda ingin berbuat maksiat kepada-Nya, maka janganlah tinggal di daerah mana saja dari bumi-Nya.” Ia berkata, “ini lebih besar lagi, lalu dimana aku akan tinggal?.” Ibrahim berkata, “Wahai fulan, pantaskah bagi Anda untuk makan dari rizki-Nya menempati bagian dari bumi-Nya sedang Anda berbuat maksiat kepada-Nya?” Dia menjawab, “Tidak! tunjukkan yang ketiga.”
Ibrahim berkata, “Jika Anda ingin berbuat maksiat kepada-Nya, makan dari rizki-Nya, dan bertempat di bumi-Nya, maka carilah sebuah tempat yang tidak dilihat oleh Dia, lalu berbuatlah maksiat disitu.” Dia menjawab, “Wahai Ibrahim, bagaimana hal itu terjadi sedang Dia mengetahui segala apa yang tersembunyi dalam hati?.” Ibrahim berkata, “Wahai fulan, pantaskah bagi Anda untuk makan dari rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya, dan berbuat maksiat kepada-Nya, sedang Dia melihatmu dan mengetahui kemaksiatan yang kamu tampakkan?.” Ia menjawab, “Tidak! lalu tunjukkan yang keempat.”
Ibrahim berkata, “Jika malaikat maut datang untuk mencabut nyawamu maka katakanlah kepadanya, ‘tundalah dahulu sampai aku bertaubat dengan sebenarnya dan beramal shalih’.” Ia menjawab, “Dia tidak akan mau menerima hal itu dariku.” Ibrahim berkata, “Wahai fulan, jika Anda tidak mampu menolak kematian Anda agar dapat bertaubat lebih dulu dan Andapun mengetahui bahwasanya jika kematian itu datang Anda tidak bisa mengundurkannya, lalu bagaimana Anda menginginkan kebebasan?” Ia berkata, “Tunjukkan yang kelima.”
Ibrahim berkata, “Apabila pada hari kiamat malaikat Zabaniyah datang kepada Anda untuk melemparkan Anda kedalam neraka, janganlah pergi bersamanya.” Ia menjawab, “mereka tidak akan meninggalkanku, tidak akan mau menerima permintaanku.” Ibrahim berkata, “kalau demikian, bagaimana Anda mengharap selamat?”. Ia berkata, “wahai Ibrahim, cukup! cukup! Aku akan beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Dia lalu benar-benar bertaubat kepada Allah dan akhirnya dia beristiqomah dalam beribadah dan menjauhi segala kemaksiatan sampai ia meninggal dunia.
I visited him in his cell, and said to him, "Father Simeon, how long hast thou been here?" "For seventy years", he answered. "What is thy food?" I asked. "O Hanifite", he countered, "what hast caused thee to ask this?" "I wanted to know", I replied. Then he said. "Every night one chickpea." I said, "What stirs thee in thy heart so that this pea suffices thee?" He answered, "They come to me one day in every year and adorn my cell and process about it, so doing me reverence; and whenever my spirit wearies of worship, I remind it of that hour, and endure the labors of a year for the sake of an hour. Do thou, O Hanifite, endure the labor of a year for the glory of eternity."
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home